Sunday, June 21, 2009

terkadang inilah yang disebut C.I.N.T.A

Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya
yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan
saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa
pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-
alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang
menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif
serta berperasaan halus.Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya
kurang.Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalampernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya
kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", tanya suami saya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan," jawab saya.Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depankomputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal
tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak
dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan
darinya?Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan
untuk merubah pikiran kamu?"Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya :
"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing
gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan
jawabannya besok." Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan
selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas
yang berisi susu hangat yang bertuliskan ......
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi
ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang
setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat
kaki kamu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan
menjadi 'aneh'.
Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah
atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang
saya alami."
"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat
membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya
harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat
menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."
"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri
pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan
warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah
kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di
tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup
melihat air mata kamu mengalir.
"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu
lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang
telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat
kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan
mata lain yang dapat membahagiakan kamu."
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya
menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.
"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya
untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya
sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."
"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan
saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan
mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu
bahagia."
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti
kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih
dari dia mencintai saya.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur
hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat
memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu
sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita
bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga". !!! ^_^

5 comments:

Anonymous said...

"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing
gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan
jawabannya besok." Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

komen: kalau dah tau akan mati jika memanjat gunung, jadi, tak perlulah pergi memetik bunga indah yang setangkai tu,,, bunuh diri namanya tu,,,,

Anonymous said...

"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing
gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan
jawabannya besok." Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

komen: kalau dah tau akan mati jika memanjat gunung, jadi, tak perlulah pergi memetik bunga indah yang setangkai tu,,, bunuh diri namanya tu,,,,

Anonymous said...

peliklah,,, kalau dah tau yang suami dia akan mati kalau pergi memanjat gunung tu, buat apa dia nak jugak suami dia petikkan bunga yang setangkai tu,,, daripada dia mati, lebih baik tak dapat bunga indah yang akan layu dalam tempoh yang singkat tu.....?%@^&#*

Anonymous said...

"Cinta yang sejati ialah cinta yang tidak bertambah kerana kebaikan dan tidak berkurang kerana kesalahan."
(Yahya Bin Muadz)

Anonymous said...

kalau dia minta juga suami dia petikkan bunga di gunung tu, itu namanya dia nak suami dia pergi bunuh diri.. kalau bunuh diri, itu maknanya mati kafir.. kalau mati kafir, itu maknanya suami dia akan berada di dalam neraka selama-lamanya... mengarut jela minta suami dia petikkan bunga tu,, it's weird....?#^%$*